Cerita Dua Menit

20 Desember 2015 pukul 06.30 pagi.

Duduk seorang ibu dan kedua anaknya tepat di depanku menghadap arah yang sama denganku. Sang ibu seketika menoleh ke belakang.
"Mau kemana, Mbak?", tanyanya dengan suara lembut.
"Semarang", jawabku singkat dengan senyum.
"Sama, Mbak", balasnya dengan senyum pula.
Adapun suara kereta melaju dan terdengar semakin dekat dari arah timur yang menutup percakapan singkat kami. Jelaslah itu bukan kereta yang hendak akan kami naiki. Keretanya tidak berhenti pula. Kembali kulihat jam keberangkatan yang ada di tiketku. Tertulis sangat jelas, pukul 06.44 kereta akan tiba. Kemudian suasana sunyi tanpa percakapan lagi. Satu menit berlalu, kemudian terdengarlah suara lantunan musik ke-Timur-Tengahan dari sudut kanan depan. Rupanya suara itu datang dari sebuah rumah yang bertenda biru dan berjanur kuning. Aku bergegas mengambil buku catatan kecil berwarna pink dan bolpoin ungu favoritku dalam tas jinjingku. Kemudian, aku tuliskan apa yang aku alami dua menit yang lalu.

Seandainya setiap menit kita tuliskan apa yang kita alami, menurutmu berapa banyak lembar kertaskah yang akan kita habiskan? Sungguh karunia besar Tuhan telah menganugrahkan memori pada kita, bukan?

Comments